Saturday, April 3, 2010

perkembangan sejarah kepercayaan (religious instruction assignment)

Catatan berikut ini adalah tugas kelompok yang saya kerjakan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah religious instructin pada semester 3. Dalam tugas ini, saya bersama teman sekelmpok saya, Putri, Astrid, dan Citra, diwajibkan membuat makalah yang berjudul Perkembangan Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Menurut Teori Evolusi.

Perkembangan Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Menurut Teori Evolusi

PEMBAHASAN

Pengertian Animisme

Animisme berasal dari bahasa latin anima yang artinya jiwa atau roh. Yang beranggapan bahwa setiap benda baik yang bernyawa ataupun tidak, adalah mempunyai roh. Yang dimaksud roh oleh masyarakat animisme tidak sama dengan pengertian roh bagi kita. Tujuan mempercayai roh ini adalah untuk mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka dan menjauhi perbuatan yang dapat membuat mereka marah. Bagi mereka roh adalah sesuatu yang sangat halus, yang menyerupai uap atau udara. Roh mempunyai bentuk, umur, perlu makan, punya kehendak, punya kekuatan dan sejenisnya. Roh-roh nenek moyang yang dianggap berkuasa akan dihormati dan disembah. Keinginan-keinginannya dituruti dan selanjutnya menimbulkan bentuk-bentuk ritus upacara penyembahan penyajian korban.

Keyakinan ini banyak dianut oleh bangsa-bangsa yang belum bersentuhan dengan agama wahyu.

Paham animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini (seperti laut, gunung, hutan, gua, atau tempat-tempat tertentu), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar jiwa tersebut tidak mengganggu manusia, atau bahkan membantu mereka dalam kehidupan ini.

Banyak kepercayaan animisme yang berkembang di masyarakat. Seperti, kepercayaan masyarakat Nias yang meyakini bahwa tikus yang sering keluar masuk rumah adalah jelmaan dari roh wanita yang meninggal dalam keadaan melahirkan. Atau, keyakinan bahwa roh orang yang sudah meninggal bisa masuk kedalam jasad binatang lain, seperti babi hutan dan harimau. Biasanya, roh tersebut akan membalas dendam terhadap orang yang pernah menyakitinya ketika hidup.

Kepercayaan semacam ini hampir sama dengan keyakinan reinkarnasi. Reinkarnasi sendiri tidak lain adalah pemahaman masyarakat Hindu dan Budha yang percaya bahwa manusia yang sudah mati bisa kembali lagi ke alam dunia dalam wujud yang lain. Jika orang tersebut baik selama hidupnya, biasanya ia akan ber-reinkarnasi dalam wujud merpati. Namun, jika dikenal dengan perangainya yang buruk, maka ia akan kembali hidup dalam wujud seekor babi.

Pemikiran Animisme

Sigmund Freud, psikolog sekuler, mengatakan bahwa Animisme menjelaskan konsep-konsep psikis teori tentang keberadaan spiritual secara umum. Animisme sebenarnya berasal dari wawasan bangsa-bangsa primitif yang luar biasa tentang alam semesta dan dunia. Bangsa-bangsa primitif menempati dunia bersama-sama dengan begitu banyak roh. Bangsa primitif ini mampu menjelaskan keterkaitan proses gerakan alam dengan gerakan roh-roh ini. Mereka juga memercayai bahwa manusia juga mengalami ’animasi’. Manusia memiliki jiwa yang bisa meninggalkan tempatnya dan memasuki makhluk lain. Karena itulah, manusia bisa menjelaskan mengenai mimpi, meditasi, atau alam bawah sadar. Animisme adalah suatu sistem pemikiran yang tidak hanya memberikan penjelasan atas suatu fenomena saja, tetapi memungkinkan manusia memahami keseluruhan dunia. Menurutfilosof lain seperti Tylor dan Comte, mereka menyebutkan bahwa animisme adalahtahap pertama pembentukan agama. Dalam istilah mereka, peradaban itu dimulaidengan adanya pemikiran animisme, kemudian berkembang menjadi agama.

Dalam pandangan Tylor, manusia memiliki substansi yang sama yaitu keinginan untuk mengetahui keberadaan di sekitarnya. Manusia primitif berusaha memahami dan menjelaskan berbagai fenomena-fenomena yang aneh dan suara-suara yang dahsyat melalui pemikirannya. Tentunya, pengetahuan yang mereka maksudkan bukan sekedar menyaksikan suatu fenomena yang aneh atau mendengarkan suara yang dahsyat, tapi pengetahuan itu dihasilkan ketika hal tersebut menjadi pandangan. Misalnya, jika sekedar mendengar petir, maka hal ini tidak bisa disebut sebagai pengetahuan. Tapi, mendengar petir dan meyakininya sebagai murka dari dzat tertentu, maka hal inilah yang disebut sebagai pengetahuan.

Dari pengalaman-pengalaman yang manusia dapatkan seperti di antara hidup dan mati atau di antara tidur dan sadar, ia kemudian membedakan adanya dua hal yang berbeda; yaitu ruh dan badan atau jiwa dan materi. Kemudian ia meyakini bahwa manusia memiliki dua keberadaan yang bisa berpisah dan bersatu lagi. Badan dianggap hidup jika ruh berada bersamanya. Kapan saja ruh berpisah dari badannya maka badan tersebut tidak memiliki aktivitas sama sekali, ruh-lah yang merupakan sumber kehidupan dan aktivitas manusia.

Keyakinan ini berlanjut menjadi khurafat atau takhayul. Kepercayaan bahwa ruh adalah sumber gerak manusia melahirkan pemikiran lain. Timbullah keyakinan bahwa ruh orang yang sudah meninggal bisa memasuki jasad manusia lain atau bahkan memasuki jasad binatang. Selain itu, lahir pula keyakinan bahwa ruh manusia bisa melakukan apapun terhadap manusia yang masih hidup atau alam di sekitarnya, apalagi jika ruh tersebut berasal dari jasad manusia yang terhormat.

Pengertian Dinamisme

Perkataan dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos, sedangkan dalam bahasa Inggris berarti dynamic dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan arti kekuatan, daya, atau kekuasaan. Definisi dari dinamisme memiliki arti tentang kepercayaan terhadap benda-benda di sekitar manusia yang diyakini memiliki kekuatan ghaib yang bangsa primitif sebut dengan berbagai nama yang berbeda-beda disetiap tempatnya. Orang Jepang menamakannya dengan ‘’kami’’, orang India dengan hari atau shakti, dan dalam istilah ilmu agama yang mengadopsi istilah orang melanesia, kekuatan tersbut dinamakan dengan ’’mana’’. Sedang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan ’’tuah’’. Sifat dari tuah menurut mereka adalah mempunyai kekuatan, tidak dapat dilihat, bersifat netral tidak baik dan dan tidak buruk, kadang dapat dikendalikan kadang tidak, tidak mempunyai tempat yang tetap. Orang-orang primitif dengan bantuan dukun dan ahli sihir memncoba memanfaatkan tuah yang ada dalam benda-benda tertentu dalam dinamisme adalah kunci pokoknya.

Dalam paham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat jahat. Benda yang mempunyai kekuatan gaib baik tentu akan disenangi, dipakai dan dimakan agar orang yang memakai atau memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yang terdapat di dalamnya. Sebaliknya, benda yang mempunyai kekuatan gaib jahat tentunya akan ditakuti dan dijauhi.

Dalam Ensiklopedi umum, dijumpai defenisi dinamisme sebagai kepercayaan keagamaan primitif yang ada pada zaman sebelum kedatangan agama Hindu di Indonesia. Dinamisme disebut juga dengan nama preanimisme, yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau makhluk mempunyai daya dan kekuatan.

Maksud dari arti tadi adalah kesaktian dan kekuatan yang berada dalam zat suatu benda dan diyakini mampu memberikan manfaat atau marabahaya. Kesaktian itu bisa berasal dari api, batu-batuan, air, pepohonan, binatang, atau bahkan manusia sendiri.

Dinamisme lahir dari rasa kebergantungan manusia terhadap daya dan kekuatan lain yang berada di luar dirinya. Setiap manusia akan selalu merasa butuh dan harap kepada zat lain yang dianggapnya mampu memberikan pertolongan dengan kekuatan yang dimilikinya. Manusia tersebut mencari zat lain yang akan ia sembah yang dengannya ia merasa tenang jika ia selalu berada di samping zat itu.

Sebagai contoh, ketika manusia mendapatkan bahwa api memiliki daya panas, maka ia akan menduga bahwa apilah yang paling berhak ia sembah karena api telah memberikan pertolongan kepada mereka ketika mereka merasa dingin. Ia mengira bahwa api memiliki kekuatan misteri yang tidak mungkin dimiliki oleh manusia sehingga ia akan menyembahnya.

Atau contoh lainnya, seperti penyembahan masyarakat Jepang terhadap matahari. Mereka sangat mengagungkan dan menghormati matahari karena mereka percaya bahwa matahari-lah yang pantas disembah disebabkan kekuatan sinarnya yang memancar ke seluruh dunia.

Karena sebab itulah, mereka menyembah sesuatu selain Allah. Mereka menyembah Allah karena mereka bodoh dan jahil dalam mengenal Tuhan.

Pemikiran Dinamisme

Manusia mulai menganalisa setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Sebelumnya, manusia primitif mulai mengeluarkan teori-teori tentang hakikat benda atau materi. Ia mulai menggabungkan antara keberadaan ruh manusia dengan keberadaan benda lain seperti air, udara, api, dan tanah.

Animisme berkembang lebih awal daripada dinamisme. Animisme menitikberatkan pada perkembangan ruh manusia. Mulai dari sini, manusia primitif menyimpulkan bahwa setiap materi yang memiliki sifat yang sama, maka memiliki substansi yang sama pula. Jika manusia mati dan hidup, tidur dan terjaga, kuat dan lemah, diam dan bergerak, kemudian manusia diyakini memiliki ruh, maka pepohonan, binatang, laut, api, matahari, bulan, dan materi-materi lainnya pun memiliki ruh seperti manusia.

Menurut mereka, setiap materi memiliki kesamaan sifat dengan manusia. Sebagai contoh, api memiliki sifat yang sama dengan manusia. Api memiliki kekuatan untuk membunuh atau melenyapkan apapun dengan panasnya sebagaimana manusia mampu membunuh binatang dengan kekuatan tangannya. Karena itulah, api mempunyai ruh. Bagi manusia primitif, menyembah api adalah proses menghormati keberadaan api itu sendiri. Penyembahan tersebut dilakukan agar tidak terjadi kebakaran seperti kebakaran hutan, sedangkan kebakaran diyakini sebagai bentuk kemurkaan api.

Selanjutnya, berkembanglah paham banyak tuhan, banyak roh, banyak dewa, atau banyak kekuatan ghaib. Setiap kawasan bumi, hutan, sungai, laut, atau bahkan ruang angkasa, semuanya diyakini memiliki kekuatan tersendiri.

Pengertian Politeisme

Politeisme adalah bentuk peyembahan terhadap makhluk-makhluk gaib yang punya nama dan bertugas mengatur jalannya alam ini, yaitu para dewa. Perbedaan antara para dewa dengan roh adalah kalau dewa itu lebih berkuasa yang disembah seacara umum, sedangkan roh tidak punya kekuasaan dan kemuliaan seperti dewa, dan biasanya hanya disembah olej suku atau keluarga tertentu. Dewa-dewa itu seringkali merupakan personifikasi dari kekuatan alam. Masing-masing dewa mempunyai tokoh yang punya tugas-tugas tertentu dan sifat-sifat kepribadian yang jelas. Sebagai contoh; ada dewa yang tugasnya menerangi alam, seperti shamas dalam agama Babylonia, ra dalam agam mesir kuno, surya dalam agama veda, dan mytra dalam agama persia kuno. Pada awalnya dewa-dewa politeisme mempunyai kedudukan yang sama, tetapi karena adanya hal-hal tertetnu maka beberapa diantaranya menjadi lebih berkuasa dan dihormati daripada yang lainnya. Seperti dalam agama mesir kuno, dewa anom menjadi lebih berkuasa setelah kota thebes menjadi ibukota. Demikian juga dewa zeus dalam agama Yunani, dewa Jupiter dalam agama Roma serta trimurti dalam agama Hindu.

Dalam kepercayaan ini hal-hal yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyat bukan lagi dikuasai oleh ruh-ruh, tetapi oleh dewa-dewa. Kalau ruh dalam animisme tidak diketahui tugas-tugasnya yang sebenarnya, dewa-dewa dalam politeisme telah mempunyai tugas-tugas tertentu. Ada dewa yang bertugas memberikan cahaya dan panas ke permukaan bumi. Dewa ini dalam agama mesir kuno disebut Ra, dalam agama India Kuno disebut Surya, dan dalam agama Persia Kuno disebut Mithra. Ada pula dewa yang tugasnya menurunkan hujan, yang diberi nama Indera dalam agama Mesir Kuno, dan Donnar dalam agama Jerman Kuno. Selanjutnya ada pula dewa angin yang disebut Wata dalam agama India Kuno, dan Wotan dalam agama Jerman Kuno.

Dalam paham politeisme, tiga dari dewa-dewa yang banyak meningkat ke atas dan mendapat perhatian dan pujaan yang lebih besar dari yang lain. Dewa yang tiga itu mengambil bentuk Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Dewa yang tiga ini dalam agama Veda disebut Indra, Vitra dan Varuna; dalam agama Mesir Kuno dikenal dengan Osiris dengan istrinya Isis dan anaknya Herus; dan dalam agama Arab Jahiliyah dikenal dengan al-Lata, al-Uzza, dan Manata. Selain itu, dalam paham politeisme, ada satu dari dewa-dewa itu yang meningkat di atas segala dewa yang lain, seperti Zeus dalam agama Yunani Kuno, Yupiter dalam agama Rumawi, dan Amor dalam agama Mesir Kuno. Paham ini belum menunjukkan adanya pengakuan terhadap satu Tuhan, tetapi baru pada pengakuan dewa terbesar di antara dewa yang banyak. Paham ini belum meningkat menjadi paham monoteisme, tetapi masih berada pada paham politeisme.

Pengertian Henoteisme

Henoteisme berarti seperti halnya politeisme, tetapi dalam henoteisme terdapat satu dewa yang tidak hanya berkuasa dan dihormati, tetapi dia juga dijadikan raja bagi para dewa-dewa lainnya, sehingga dia juga disembah oleh dewa-dewa yang lain. Paham raja dewa ini juga berubah menjadi dewa satu. Tuhan dari suku tertentu hilang diganti oleh Tuhan Nasional, yang satu bagi bangsa yang bersangkutan. Tetapi hal ini bukan merupakan monoteis, karena sembari mereka menyembah Tuhan yang satu mereka juga mengakui Tuhan yang ada dalam sukunya dan suku yang lain. Contohnya adalah agama pada bangsa Yahudi.

Henoteisme mengakui satu Tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai Tuhannya sendiri-sendiri. Henoteisme mengandung paham Tuhan nasional.

Pengertian Monoteisme

Monoteisme adalah suatu kepercayaan yang menganggap Tuhan itu hanya satu, dialah yang mencipta, memelihara, dan kemudian menghancurkan alam semesta ini. Dia adalah penguasa Tunggal yang berbeda dan berasal dari luar alam semesta ini.

Dalam masyarakat yang sudah maju, kepercayaan yang dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme, atau henoteisme, tetapi kepercayaan monoteisme, baik monoteisme praktis, monoteisme spekulatif, monoteisme teoritis, maupun monoteisme murni.

Monoteisme praktis adalah kepercayaan yang tidak mengingkari dewa-dewa lain, tetapi hanya satu Tuhan saja yang diarah dan dipuja. Monoteisme spekulatif adalah kepercayaan yang terbentuk karena bermacam gambaran dewa-dewa lebur menjadi satu gambaran yang akhirnya dianggap sebagai satu-satunya dewa. Monoteisme teoritis ialah paham yang mempercayai bahwa Tuhan itu Esa dalam teori, tetapi dalam praktek dipercayai lebih dari satu Tuhan. Terakhir monoteisme murni adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan itu Esa dalam jumlahnya dan sifat, dalam teori dan praktek, dan dalam pemikiran dan penghayatan.


1 comments:

forum teknologi informasi said...

thanks ya gan smoga saya bisa bljr dr artikel yg anda publishkan

Post a Comment