Riset Dramaturgis Pada Pembantu Rumah Tangga
Objek Penelitian
Nama : Mba Atun
Usia : 41 Tahun
Profesi : Pembantu Rumah Tangga yang bekerja setengah hari
Diary Sheet
Hari : Jumat
Tanggal : 4 Desember 2009, jam 07.00 WIB
Tempat : Jalan Bangka II A No. 12, Jakarta Selatan
Pengamatan
Saya melihat ia baru datang untuk bekerja pada pukul 7 pagi. Seperti hari-hari sebelumnya, pertama-tama yang ia lakukan dalam mengerjakan pekerjaannya ialah menyapu halaman depan. Setelah itu ia beralih kedalam rumah, menyapa ibu saya dan juga saya dan mengambil cucian kotor. Selagi merendam cucian kotor dalam detergen, ia mengerjakan pekerjaan lain, yaitu mencuci piring dan gelas kotor.
Di dapur sambil mengerjakan pekerjaannya, ia selalu mengajak ibu saya mengobrol yang juga sedang mepersiapkan makanan untuk dimasak sebagai makan siang nanti. Pagi itu ia berbicara tentang mertuanya dan betapa baik dan sayangnya mertuanya kepada ia. Ia bercerita jika ia pulang ke kampung halamannya di kebumen, mertuanya sangat menyayanginya dan memintanya memasak makanan dalam arti mempercayainya. Selain itu, ia juga bercerita sehabis ia melahirkan mertuanya menungguinya selama kurang lebih 30 hari di Jakarta. Setelah selesai bercerita dan mencuci piring dan gelas kotor ia langsung mencuci cucian kotor yang tadi direndamnya.
Setelah itu ia menyetrika baju yang sudah dicucinya kemarin. Setelah selesai mencuci dan menyetrika, sekitar jam 10 pagi ia meminum teh dan makanan kecil sembari beristirahat sebentar. Lalu setelah itu ia melanjutkan pekerjaannya dengan menyapu, mengepel rumah, dan beres-beres serta membantu ibu saya memasak.
Sekitar pukul 11.30 WIB ia menikmati makan siangnya. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 12.00 WIB, ia pun berpamitan pada ibu saya, saya, kaka saya, dan ayah saya.
Dokumentasi
Diary Sheet
Hari : Sabtu
Tanggal : 5 Desember 2009, jam 19.30 WIB
Tempat : Rumah Mba Atun
Pengamatan
Malam itu ketika saya datang kerumahnya , Mba Atun bersama anak perempuan dan suaminya sedang menonton tv bersama diruang depan. Ia menyambut hangat kedatangan saya dan ibu saya. Setelah itu ia langsung pergi ke dapur untuk menggoreng tempe mendoan sebagai wedangan dan membuat teh.
Setelah itu ia pun duduk bersama kami, mengobrol sembari sesekali melihat televisi. Ia terlihat sama ramahnya seperti ketika ia bekerja dirumah. Anak perempuannya pun sangat ramah. Kami pun terus mengobrol membicarakan banyak hal. Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 9 malam dan saya beserta ibu saya berpamitan untuk pulang. Ketika kami pulang Mba Atun mengantar kami pergi sampai ke depan gang rumahnya.
Selain itu saya juga mengobservasi bagaimana aktivitas keseharian yang ia lakukan dirumahnya pada lain waktu. Sepulang dari tempat kerja, ia mampir ketempat sayur langganannya. Setelah membeli beberapa sayur dan lauk kemudian ia pulang dan memasak makan siang untuk keluarganya.
Ia mempunyai dua anak, anaknya yang pertama adalah seorang perempuan yang sekarang ini masih menduduki bangku kelas 3 SMK bernama Yuli, sedangkan anaknya yang kedua adalah seorang pria yang sekarang ini masih menduduki bangku kelas 1 SMP bernama Nungki. Disamping anak-anaknya ia juga memiliki seorang suami yang bekeja sebagai laden atau pembantu tukang.
Keluarganya bisa dibilang keluarga yang harmonis, pada siang hari mereka berkumpul bersama untuk menyantap makan siang, jika suaminya sedang bekerja, suaminya selalu pulang untuk makan siang bersama.
Ia dikenal sebagai seorang yang baik dan sering membantu orang-orang yang dikenalnya, jika tetangganya sedang membuat acara selamatan, ia selalu bersedia membantu. Selain itu ia adalah orang yang taat agama, ia tidak pernah melewatkan solat lima waktu dan mengaji Al Qur’an setiap harinya.
Rumah yang ditinggalinya cenderung kecil, hanya berisikan satu ruang depan, satu kamar mandi, dan satu ruang makan yang menyatu dengan dapur. Jendelanya pun dibiarkan terbuka kaena jika panas hal tersebut bisa membantnya untuk mendapatkan angin segar. Tetapi walaupn begitu Mba Atun terlihat sagat bersyukur dan terus tersenyum tanpa menunjukkan sedikitpun rasa tidak terimanya.
Dokumentasi
Diary Sheet
Hari : Minggu
Tanggal : 6 Desember 2009, jam 12.45 WIB
Tempat : Jalan Bangka II A No. 12, Jakarta Selatan
Pengamatan
Hari ini mba Atun datang agak siang untuk bekerja. Sebelumnya ia sudah meminta izin untuk datang agak telat karena sebelumnya ia harus membantu tetangganya dahulu yang sedang mengadakan acara pernikahan anaknya.
Pertama datang ke rumah ia langsung menyapa kakak saya yang sedang menonton diruang tv, sambil mengucapkan ” Assalamualaikum ” ia juga menyapa ibu saya yang baru saja keluar dari kamar.
Siang ini karena datang terlambat maka ia tidak mencuci pakaian melainkan langsung menyetrika baju. Sembari menyetrika baju ia bercerita tentang bagimana meriahnya acara pernikahan tadi.
Selesai menyetrika, ia membantu menghangatkan makanan dan membereskan dapur juga mencuci piring gelas otor setelah makan siang.
Setelah itu ia menyapu, mengepel, dan membereskan rumah serta kamar-kamar.
Setelah semuanya selesai ia berpamitan pulang sekitar ukul 16.00 WIB kepada ibu saya.
Dokumentasi
Front Stage
- Pembatu rumah tangga
- Usia 41 tahun
- Selalu bekerja tanpa mengeluh
Middle Stage
- Membicarakan tentang majikan mereka
- Selalu membanggakan majikan mereka
Back Stage
- Ibu dari dua anak
- Jarang memarahi anaknya
- Muslim yang taat
- Berhubungan baik dengan sekitarnya
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari riset dramaturgis yang saya lakukan diatas adalah bahwa walaupun Mba Atun merupakan seorang pembantu rumah tangga yang hidupnya pas-pasan ia tidak pernah mengeluh. Dalam melakukan pekerjaanya ia selalu tersenyum tanpa sedikitpun memasang tampang cemberut. Tetapi walaupun seperti itu ia tetap seorang wanita yang sering bergosip bersama teman-teman seprofesinya dan membicarakan tentang majikannya. Disamping itu ia juga merupakan ibu dari dua anak yang terlihat sangat menyayangi anak-anaknya, bahkan anak bungsunya sangat manja kepadanya. Ia juga merupakan muslim yang setiap harinya tidak pernah meninggalkan solat lima waktu dan mengaji. Selain itu ia juga menjalin hubungan baik dengan tetangga-tetangga dan orang-orang disekitarnya. Banyak orang yang mengenalnya dengan baik, tidak sulit mencari rumah Mba Atun karena dengan menyebutkan namanya saja maka orang yang kita tanya akan tahu siapa yang kita cari.
0 comments:
Post a Comment